Selasa, 30 November 2010

LASKAR MALEO PART 1








Dilingkungan kami tinggal, tepatnya dijalan maleo bintaro sektor 9, hubungan keakraban dan keguyuban sangat terasa diantara bapak bapak maupun ibu ibunya. Apalagi diantara sekelompok bapak2 yg aktif dalam olah raga badminton rutin. Salah satu wujud keakraban itu adalah kita melakukan tour bareng dengan sebutan "Laskar Maleo". Beberapa waktu yang lalu, kebetulan salah satu anggota kelompok dimutasi ke Semarang,yaitu pak Sulistianto atau  akrab dipanggil pak Anto, Beliau waktu itu mendapat job sbg kepala kantor inspeksi BRI Semarang. Maka disusunlah sebuah permufakatan untuk melakukan jorney ke Semarang. Tour dipandu langsung oleh beliau kedaerah tujuan wisata seputar Semarang. Sebut saja ; Lawang sewu, mesjid Agung, dan Candi sewu. Berikut beberapa dokumentasinya.

GEGURITANKU TUMRAP DINA PALIKRAMA


Mugi Gusti Allah tansah paring pituduh,


Marang lakuning kita sakloron,

Anggone napak dalaning bebrayan,

Anggula wentah, nggegulang kawruh tumraping putra lan putri kita.





Tan krasa lumakuning wektu,

Wus ndungkap 14 tahun lawase,

Anggen kita ngucap janji lan ikrar nyawiji,

Dadya bebukaning bale wisma,



Bungah lan susah minangka kembanganing palikrama,

Andadekake kuat lan teteging tekad,

Kanggo amemangun jejodohan iki,

Nganti tekan pepesthening Gusti ,





Puja lan puji,

Konjuk ngarsane kang murbeng dumadi,

Lumantar sih kanugrahan tanpa pepindan,

Kita sakaluwarga datan kurang ing samubarang,



Duh nini……………..,

Wus setya tuhu anggonira dadi sigaraning nyawa,

Amung Pangeran kang bakal angganti,

Kanthi kanugrahan sejatining swarga,



Lamat-lamat keprungu,

Gendhing Kebo giro lan Tembang asmarandana,

Minangka prasasti pawiwahan agung,

Anggon kita dadya ratu sedina,



“Gegarane wong akrami,

Dudu banda dudu rupa,

Amung ati pawitane,

Luput pisan kena pisan,

Yen gampang luwih gampang,

Yen angel angel kalangkung,

Tan kena tinumbas arta”





Yogyakarta, 23 Nopember 2010

MKI in Style



Selasa, 02 November 2010

SAATNYA KITA BERHEMAT

PENDAHULUAN
Sepanjang kwartal pertama tahun 2008 kita disodori oleh berita tentang tingginya harga minyak dunia yang berimbas pada, tidak saja revisi APBN yang premature dari biasanya, tetapi juga pada sentiment negative makro ekonomi pada umumnya serta pasar modal pada khususnya. APBN 2008 yang disusun dengan asumsi harga minyak 65 dollar per barell nya jelas tidak lagi “relevan” dengan kondisi riil harga minyak sebesar 118 dollar per-22 April 2008.
Respons pemerintah menyikapi kenaikan harga minyak dunia hanya dengan instrument “otak-atik” APBN sesungguhnya bukanlah langkah yang cerdas apalagi bijaksana. Pilihan itu (revisi APBN) memang suatu keharusan dari sisi penyelamatan APBN, ditinjau dari perspektif politik anggaran, yang akan berdampak pada keberlangsungan jalannya pemerintahan. Akan tetapi, pemerintah mestinya tetap melakukan upaya – upaya lain yg bersifat komprehensif , mencari, merumuskan dan memberikan solusi jangka panjang atas kondisi yang tidak menguntungkan tersebut. Urusan APBN bukan saja domain menteri keuangan yg bisa mengatur pengeluaran & belanja pemerintah melalui gerakan/tindakan penghematan bagi seluruh departemen . Atau domain menteri ESDM yang menyangkut lifting minyak kita. Akan tetapi APBN adalah domain pemerintah dan DPR at whole, yang berarti juga domain kita semua, seluruh komponen bangsa/Negara.
Tingginya harga minyak dunia yg tidak dapat kita control sesungguhnya merupakan “red light” sekaligus entry point bagi kita (bangsa Indonesia) semua akan kesadaran ‘pentingnya berhemat’ dalam menjalani seluruh aspek kehidupan ini.
Sudah menjadi rahasia umum kalau bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang hobby berbelanja (konsumtif). Konsumtivisme ………..itulah barangkali salah satu aspek yang harus kita cermati bersama
KONSUMSI & PERILAKU KESEHARIAN KITA
Muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk sorga. Itulah salah satu seloroh masyarakat kita yang menggambarkan keinginan sebagian besar ……….. Bisa kita cermati dengan mudah, bahwa produk-produk teknologi yang laris manis di pasar Indonesia adalah produk kategori hiburan atau sarana pendukung hiburan. Seperti handphone multimedia yang kebanyakan dimanfaatkan untuk fitur-fitur offlinenya. Atau, untuk fitur onlinenya, hanya digunakan untuk download ringtone dan variannya, serta untuk download game-game handphone. Sedangkan komputer digunakan untuk permainan, lagu-lagu MP3, atau sekedar nonton filem. Dan internet yang hanya dimanfaatkan untuk chatting dan browsing ke dunia fantasi. Hal yang sangat menggembirakan bila kita tidak gagap teknologi. Tetapi akan jadi menyedihkan bila hanya berhenti sampai disini, sebagai konsumen produk hiburan. Padahal, dengan alat-alat canggih tersebut, banyak fasilitas lain yang bisa kita manfaatkan, serta lebih banyak lagi informasi yang bisa kita peroleh. Seandainya Anda memanfaatkan handphone, komputer, atau internet tidak untuk poin-poin diatas, berarti sudah selangkah lebih maju.
Konsumtivisme
Pembangunan ekonomi negeri kita yang telah berlangsung selama tiga puluh tahun terakhir ini, menurut AE Priyono (1997), ternyata telah melahirkan suatu kelompok sosial yang konsumtif. Mereka tinggal di kota-kota besar, mengonsumsi sekitar lebih dari sepertiga pendapatan nasional, amat gemar berbelanja, memiliki rumah dan mobil-mobil mewah, bergaya hidup glamor, menjadi anggota berbagai klub eksekutif yang mahal, tetapi cenderung bersikap cuek pada gagasan-gagasan perubahan.
Merebaknya “doktrin” konsumtivisme ini, agaknya telah telanjur menjadi sebuah kelatahan seiring merebaknya pola hidup materialistik dan hedonistis, yang melanda masyarakat modern. Manusia modem, menurut Hembing Wijayakusuma (1997) telah melupakan satu dari dua sisi yang membentuk eksistensinya akibat keasyikan pada sisi yang lain. Kemajuan industri telah mengoptimalkan kekuatan mekanismenya, tetapi melemahkan kekuatan rohaninya. Manusia telah melengkapinya dengan alat-alat industri dan ilmu pengetahuan eksperimental dan telah meninggalkan hal-hal positif yang dibutuhkan bagi jiwanya. Akar-akar kerohanian sedang terbakar di tengah api hawa nafsu, keterasingan, kenistaan, dan ketidakseimbangan.
Kemacetan lalu lintas di Jakarta dan kota – kota besar lainnya, salah satu pemicunya adalah makin bertambahnya jumlah kendaraan bermotor yang tidak sejalan dengan pertambahan jalan raya. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor tsb merupakan penyebab tingginya konsumsi BBM kita, yang sudah barang tentu menuntut eskalasi / pembengkakan nilai subsidi yang harus dibiayai oleh APBN.
GERAKAN HIDUP BERHEMAT
Sejatinya pemerintah telah mengambil langkah – langkah sebagai antisipasi pembengkakan anggaran tersebut selain dengan revisi APBN melalui perubahan asumsi – asumsi makro ekonomi juga dengan program penghematan (pemotongan) belanja pemerintah sebesar 15% melalui edaran menteri keuangan. Bahkan beleid penghematan ini sudah pernah dikeluarkan pemerintah dengan instruksi Presiden Nomor 10/2005 yang menyangkut perintah bagi instansi pemerintah untuk berhemat. Sayangnya, kebijakan – kebijakan yg diambil itu terkesan sporadic dan reaktif setiap tahunnya. Padahal , mestinya kebijakan/program yang menyangkut penghematan itu dapat ditingkatkan menjadi sebuah kebijakan yang bersifat komprehensif & massif melalui program “ gerakan hidup berhemat” diseluruh aspek kehidupan . Sudah barang tentu, kesemuanya itu harus dipelopori oleh segenap unsure pemerintah dari pusat sampai daerah serta lembaga – lembaga Negara lainnya.
Dalam teori manajemen dipelajari bahwa suatu kegiatan tidak akan berjalan efektif manakala tidak disertai dengan upaya pengawasan (Controlling). Sebaik dan sebagus apapun suatu program/kebijakan, akan berakibat sia – sia jika tidak melalui perencanaan dan pengawasan yang baik pula.Apatah lagi sebuah kebijakan yg bersifat reaktif dengan perencanaan yang ala kadarnya itu.
Sudah saatnya kita , sebagai bangsa , menyadari perlunya memanage seluruh potensi yang ada dengan kearifan dan kesadaran bahwa anugrah kekayaan alam yang kita miliki ini merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan, bukan saja bagi keberlangsungan masa depan generasi berikutnya tetapi juga kepada Sang Pencipta nantinya.
Tidak cukupkah buat kita bersama, fenomena alam (musibah) yang terjadi terus menerus mendera sebagai peringatan . Tanah longsor, banjir bandang,lupur lapindo dsb. Belum lagi fenomena social kemacetan lalu lintas dikota – kota besar, kelangkaan minyak tanah,dll. Kesemuanya itu, kalau kita renungi dan kita cari akar masalahnya , salah satunya adalah karena pola konsumsi kita yang kurang tepat (boros).
PENUTUP
Konsumsi merupakan bagian dari aktivitas keseharian kehidupan kita. Oleh karenanya adalah sangat tidak mungkin untuk dihindari. Bahkan dalam konteks perekonomian kita (Indonesia), tingkat konsumsi yang tinggi berperan besar dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi (60% PDB disumbangkan dari sector konsumsi ). Ini adalah kenyataan yang menunjukan tidak sehatnya perekonomian kita disatu sisi dan dan pola konsumtif masyarakatnya yang tinggi , kalau tidak mau disebut irrasional, disisi yang lain. Belum lagi kalau kita bicara komposisi penyebarannya. …………….
Saatnya kita berusaha untuk lebih bijak menyikapinya. Sudah barang tentu, dimulai dan dipelopori oleh para pejabat-pejabatnya, baik melalui keteladanan dalam perilaku berkonsumsinya maupun dalam beleid-beleid yang di keluarkannya.
Setidaknya, menurut sebuah literature Internasional ( Changing today’s consumption patterns—for tomorrow’s human development ), ada 4 syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan konsumsi yang baik dan bijak :
1. Shared
Merupakan konsumsi yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan pokok
2. Strenghtening
Konsumsi yang dilakukan berdampak pada pembangunan atau penguatan kapabilitas manusia
3. Socially responsible
Konsumsi yang dilakukan terkait dengan tanggung jawab social kemanusiaan kita
4. Sustainable
Konsumsi yang kita lakukan jangan sampai “menggadaikan” kebutuhan masa depan anak cucu kita
Akhirnya, kita diingatkan oleh nenek moyang kita untuk tidak melakukan perbuatan dan konsumsi yang dilakukan atas dasar “kegemaran” semata-mata.
Poma- poma wekas mami (Ingat-ingat pesan ku)
Anak putu aja lena ( Anak-cucu jangnlah terlena )
Aja ketungkul uripe ( Jangan sia-sia kan hidupmu )
Lan aja duwe kareman ( dan janganlah memiliki kegemaran/hobby yang berlebihan )
Marang pepaes ndonya ( terhadap gemerlapnya kehidupan dunia )
Siyang ndalu dipun emut ( ingatlah selalu siang dan malam )
Wong urip manggih antaka ( manusia hidup kelak akan mati )


Muhammad Kuwat Indriyanto
Yogyakarta, Medio Maret 2010

SUMPAH PEMUDA DAN SEMANGAT UNTUK TERUS BELAJAR

The new society – and it is already here – is a post capitalist society. It is a society where its basic economic resources is no longer capital, nor natural resources, nor labor. It is and will be knowledge (“Peter Drucker” Post Capitalist, 1993)

Tanggal 28 Oktober 2010 ini tepat 82 tahun sudah “Sumpah Pemuda” dikumandangkan. Sebuah momentum yang memiliki makna strategis bagi keberadaan bangsa Indonesia dan eksistensi Pemuda dalam gerak perjuangan bangsa. Deklarasi yang dimotori oleh para pemuda itu menjadi titik awal kebangkitan bangsa Indonesia hingga akhirnya berpuncak pada proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Tulisan ini berangkat dari keinginan penulis untuk memnangkitkan kembali pada ingatan kita akan semangat dan sepak terjang pemuda dalam sejarah perjuangan bangsa dikaitkan dengan kontekstualisasi semangat pemuda dalam perjuangan pada era kekinian, selaras dengan sinyalemen Peter Drucker diatas akan pentingnya pengetahuan sebagai kunci keberhasilan suatu bangsa.
Beliau mengatakan bahwa dewasa ini, bagi sebuah Negara / bangsa , sumber daya yang harus dimiliki dan dikuasai , untuk dapat berkompetisi dalam era borderless world (globalisasi) adalah pengetahuan (knowledge ) .Tentu bukan berarti bahwa factor endowment (sumberdaya lainnya) seperti kekayaan alam, kandungan minyak dan gas bumi dsb tidak penting. Itulah barangkali yang bisa menjawab pertanyaan kenapa kita, bangsa Indonesia , yang dikaruniai begitu banyak sumberdaya kekayaan alam , sampai hari ini belum mampu menunjukan jati diri kita sebagai bangsa yang maju, makmur, gemah ripah loh jinawi sebagaimana harapan pendiri bangsa ini.
Dus sekaligus menjawab mengapa Negara – Negara seperti Jepang, Singapura, Korea dsb , yang secara alamiah kurang memiliki factor – factor kekayaan alam , justru mampu menunjukan dirinya sebagai Negara maju. Jawabnya adalah karena mereka menguasai pengetahuan itu (tidak sekedar memiliki).
Berbicara tentang pengetahuan berarti kita berbicara pentingnya pendidikan dan system pendidikan. Karena pengetahuan (knowledge) dalam tingkatan tertentu adalah produk dari pendidikan melalui proses pembelajaran. Dan pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dalam arti luas , yang sejak lahir telah dimiliki oleh manusia sebagai karunia Allah Yang Maha Kuasa.
Kita tahu bahwa setiap manusia secara alamiah memiliki pengetahuan baik yang bersifat Tacit knowledge maupun eksplisit Knowledge. Tacit knowledge adalah pengetahuan yang dimiliki karena pengalaman dan bersifat ketrampilan. Sedangkan eksplisit knowledge adalah pengetahuan yang dihasilkan dari proses pendidikan atau pengajaran formal.
Dalam terminology orang jawa pengetahuan berarti kawruh, ilmu , ataupun ngelmu. Ilmu dalam konteks ini lebih mengarah pada pengetahuan yang bersifat rasio. Sedangkan ngelmu lebih menitik beratkan pada aspek batiniah & spiritual. Dalam bahasa modernnya mungkin bisa disandingkan dengan istilah intelegent quotient (IQ) dan Spiritual Quotient (SQ)
Pentingnya pengetahuan ini bisa kita lihat dalam berbagai tinjauan baik yang bersifat teologis, ilmiah, maupun cultural.
Agama mengajarkan betapa pentingnya manusia memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan. Salah seorang pemikir kita , Dr. Soedjatmoko mengatakan “ Menurut pengetahuan dan pengalaman saya, manusia baru akan mencapai kesejahteraan apabila ia sudah mampu mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan ajaran agama di dalam segala pemikiran dan tindakannya “
Budaya mengajarkan kepada kita betapa pentingnya pengetahuan dan menggugahnya menjadi kesadaran untuk senantiasa menuntut ilmu. Tentu kita masih ingat (khususnya orang Jawa ) nyanyian/ syair yang berjudul Ilir – ilir sebagai berikut;
……………………
Bocah angon penekno blimbing kuwi ( pemuda penuntut ilmu)
Lunyu – lunyu penekna ( kesulitan harus diatasi)
Kanggo Seba mengko sore ( menuju masa depan )
Mumpung padhang rembulane ( selagi nasib masih beruntung )
Mumpung jembar kalangane. ( selagi kesempatan masih terbuka )

Syair diatas mengandung filsafat tentang pentingnya ilmu pengetahuan dengan menggambarkan sosok pemuda ( yang di bahasakan dalam istilah “bocah angon/penggembala”) yang harus senantiasa menuntut ilmu meskipun banyak aral melintang & hambatan. Tersurat bahwa menuntut ilmu itu penting dalam rangka menuju masa depan yang lebih baik. Dan selagi nasib masih beruntung serta kesempatan masih terbuka kita harus mampu menangkap peluang itu
Hal yang dapat dipetik dari pentingnya pengetahuan ini adalah marilah kita menjadi manusia pembelajar, yang senantiasa mengasah otak kita untuk selalu belajar mengikuti peradaban yang begitu dinamis bergerak. Sudah barang tentu, yang tidak boleh kita abaikan adalah seberapa banyak/bisa pengetahuan yang kita miliki bisa bermanfaat bagi lingkungan kita. Bukankah Rasulullah pernah bersabda bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya?
Bagi sesama warga Tegal , utamanya para generasi mudanya marilah kita berlomba – lomba mengasah pengetahuan kita, apapun disiplin ilmu kita. Momentum Sumpah Pemuda dapat kita jadikan pijakan bahwa Pemuda, dalam sejarahnya senantiasa berdiri paling muka dan menjadi pelopor dalam setiap even perjuangan bangsa ini. Berbagai persoalan bangsa yang masih mendera kita, memanggil para pemuda untuk bangkit dan kembali memberikan sumbangsihnya. Setidaknya dengan terus belajar dan belajar .Tentu saja dengan harapan akan memberi manfaat bukan saja buat kita sendiri tetapi juga buat lingkungan kita , baik lingkungan Tegal maupun untuk ( barangkali ) negeri kita. Marilah kita menjadi insan pembelajar untuk menjadikan warga Tegal menjadi masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based society) untuk mendukung sinyalemen Peter Drucker yang penulis kutip diawal tulisan ini.
Yogyakarta, Oktober 2010
(Artikel ini dimuat dalam rubrik wacana Radar Tegal,26 Oktober 2010)

Sabtu, 28 Agustus 2010

Ketidaksabaran Manusia

Hari ini memasuki hari ke -19 kita menjalani ibadah siyam di bulan Ramadhan. Memasuki bulan suci ini saya sudah diuji dengan sakit meriang dan demam dihari pertama.Hari - hari kemudian dan sampai hari ini pun kondisi kesehatan saya, bahkan keluarga, anak dan isteri masih dihinggapi batuk pilek yang berkesinambungan. Ya....cuaca yang ekstrem syahdan menjadi penyebab kondisi ini.Tapi puasa must go on. Karena saya yakin betul bahwa Allah memiliki sesuatu untuk kita, hamba yg menjalankan puasa di bulan Ramadhan, sebagaimana janjinya bahwa semua amal ibadah manusia adalah untuk dirinya(manusia) kecuali shiyam, ibadah ini untuk beliau dan beliau lah akan membalasnya dengan karunia yang setimpal.
Singkat cerita, karena demam ygselalu hadir setiap sore sepulang kantor, akhirnya saya memutuskan pergi ke dokter. Awalnya saya berpikir, biarkan saja waktu yang akan menyembuhkannya. Tapi ketidaksabaran akhirnya membuat saya memilih pergi ke dokter sbg bagian dari ikhtiar. Namun, setelah dua hari minum obat buah resep bu dokter, batuk tak kunjung sembuh bahkan terkesan justru makin bertambah-tambah. Padahal selama sakit ini,saya sdh menghindari kebiasaan buruk merokok saya. Ketidaksabaran, akhirnya membawa saya untuk pergi ke kedai kopi dan teh mastejo, untuk sekedar ngobrol bersama teman-teman.Tentu saja setelah sholat taraweh. Dan tak terasa, meskipun sudah diingatkan isteri,obrolan berakhir hingga pk 12.30 dini hari. Tak terkira betapa putung rokok yg telah saya habiskan.Dan sudah barang tentu angin malam yang menampar tubuh ini.Hingga akhirnya saya sadari, ketika bangun esok pagi, batuk pilek makin menjadi. ya.....kesabaran memang sesuatu yang mudah diucapkan.....tapi sungguh sulit diimplementasikan.salam ramadhan

Selasa, 03 Agustus 2010

PERTIWIKU MALANG PERTIWIKU SAYANG : Sebuah Catatan kritis………………………………………..

Sebagai sebuah jargon, motto, atau slogan PERTIWI sesungguhnya sudah cocok dengan karakteristik Kabupaten Tegal, dimana pertanian merupakan sector yang masih menjadi pijakan sebagian besar masyarakatnya. Dus , memiliki kontribusi yang signifikan bagi PDRB Kabupaten Tegal. Ya….PERTIWI yang merupakan akronim dari Pertanian, Industri, dan Pariwisata dijadikan motto sekaligus “trademark” yang ingin dikembangkan sebagai sector pilihan bagi pemkab Tegal. Pemilihan jargon ini dapat dimaknai bahwa pemkab Tegal ingin menjadikan sector pertanian, industry, dan pariwisata sebagai ikon pembangunan, yang mampu membedakan dirinya dengan wilayah-wilayah pemda tingkat II lainnya. Ini berarti bahwa pemkab Tegal sudah memproklamasikan diri sebagai daerah yang berbasis “pertiwi” dalam pengembangan dan pembangunannya. Pertanyaannya, cukupkah dengan membuat slogan/motto/jargon PERTWI lantas pemkab berpuas diri dan membiarkannya sebagai sebuah istilah tanpa makna sekedar memberikan identitas yang lain dengan pemkab lainnya ? Sekedar “pemanis lambe” , kalau pemkab Tegal tidak kalah dengan pemkab lainnya yang juga memiliki jargon/slogan/motto. Sebut saja ; Brebes BERHIAS, Pekalongan …….., Kendal………..
Tinjauan sosiologis
Secara sosiologis, pertanian merupakan mata pencaharian sebagian besar penduduk Kabupaten Tegal. Hal ini tidak terlepas dari posisi geografis dan topografisnya. Wilayah ini memiliki potensi yang lengkap berupa daerah dataran tinggi , dataran rendah, dan daerah pantai yang secara alamiah telah memberikan berkah bagi penduduknya di bidang pertanian , kehutanan, dan perikanan . Tidak kurang 386.275 penduduk di Kabupaten Tegal menggantungkan mata pencahariannya pada sector ini. Oleh karena itu, pemilihan sector pertanian sebagai salah satu prioritas pembangunan dan pengembangan ekonominya merupakan pilihan yang tepat dan bijaksana.
Demikian pula dengan sector industrinya. Secara sosiologis, penduduk Kabupaten Tegal telah terkenal dengan kreativitasnya. Terbukti dengan “label” jepangnya Indonesia melekat sejak dahulu kala. Dan kabar paling mutakhir, Kabupaten Tegal dinobatkan sebagai sentra IKM nasional.
Sedangkan sector pariwisata merupakan sector yang melekat pada kekayaan alamiah yang dimiliki Kabupaten Tegal berupa dataran tinggi pegunungan yang sejuk dan daerah pantai yang secara umum dikelola sebagai objek wisata konvensional. Dan tren kedepan, sector ini menjanjikan “devisa” yang andal sekaligus memiliki multiplier effect bagi penduduk disekitarnya.
Tinjauan ekonomis
Secara ekonomis, sector pertanian memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi PDRB Kabupaten Tegal selama ini. Tak kurang 15,87 % perannya dalam portofolio PDRB 2006. Akan tetapi, seiring dengan dinamika dan perkembangan ekonomi, kontribusi sector pertanian mengalami tren yang semakin menurun. Disinilah letak urgensinya menjadikan sector pertanian menjadi sector prioritas mengingat perannya dalam penyerapan tenaga kerja yang masih dominan serta potensi wilayahnya yang masih memiliki ruang untuk optimalisasinya. Dari sisi ini maka menempatkan sector ini menjadi prioritas pembangunan merupakan langkah yang bijaksana pula.
Demikian pula dengan sector industry dan pariwisatanya yang memberikan kontribusi tak kurang dari 25,81% dan 28,64 % ( perdagangan, hotel dan restoran sebagai sector penunjang pariwisata )

Tinjauan politis
Secara politis, pemilihan sector pertanian merupakan pilihan yang rasional mengingat sector ini mewakili stakeholder terbesar dalam kehidupan politik di Kabupaten Tegal.
Demikian pula dengan sector industry dan pariwisatanya dimana secara agregat ketiga sector tersebut menghidupi hampir 70 % tenaga kerja.

What nexts ? Apakabar PERTIWIKU
Secara konseptual, program yang diangkat dan diluncurkan oleh Pemkab Tegal pada tahun 1999 ini merupakan program yang cerdas, logis, dan elegan. Pertanyaannya sudahkah program yang baik ini dijalankan dengan konsekuen, konsisten, dan konkret ? Itulah pertanyaan yang mendasar yang menggelayuti alam pikir kita, pihak-pihak yang memiliki kepedulian terhadap kemajuan pembangunan di Kabupaten Tegal. Sepuluh tahun sudah program ini diluncurkan, seusia dan seumur reformasi yang melahirkan otonomi daerah pula. Sudahkah konsep PERTIWI terinternalisasi dalam berbagai kebijakan yang diambil oleh para pemangku kebijakan, dari Pak Bupati sampai organ terendahnya di desa-desa, bahkan oleh masyarakatnya. Sudahkan PERTIWI sungguh – sungguh menjadi prioritas dan program unggulan yang di-ejawantahkan dengan dukungan kebijakan penganggaran yang diwujudkan dalam struktur APBD yang memadai ?

Jumat, 07 Mei 2010

Sangkan Paraning Dumadi

SANGKAN PARANING DUMADI
Wus prapteng 38 tahun …….
Anggonku napak dalaning ngaurip iki
Tan kena kinira anggennya Gusti paring samubarang kalir………
Slamet, sehat , waras dalah uba rampening ngagesang……
Anak – bojo, pakaryan, dalah raja brana sarananing bebrayan
Duh Gusti ingkang Maha Agung,
namung panuwun tanpa pepindan ingkang saged kawula aturaken
Minangka jejering titah
Siyang ratri anggon kita manembah mamuji Gusti kang akarya jagad
Nuhoni kuwajibaning kawula
Tan kendat pados sisik melik……..
Punapa kang dadya sejatining laku lan lelampah
Ing pangajab ………sageda amangerteni Sangkan paraning dumadi, mula mulih mulanira Kanthi lumaku kang bener, pener lan trep
Pinuju laku utama dalaning pepadang……….
Ature para sepuh lan pepunden……
Wong urip ing ndonya iku prasasat amung mampir ngombe………
Saklebating tathit paribasane
Dadiya lakunireki Lumaku kang adhedasar paugeran
Tansah nggegulang kalbu,Sembah raga, sembah rasa, sembah cipta
Olah raga lan olah jiwa Kanthi ikhlasing batin
Kanggo sangu mengko
Yen wus tumekaning pepesthen
Tinimbalan dening Gusti Kang Maha Kayun
Marak marang alam kalanggengan
Ndungkap warsa kaping 40
Wus wancine anggennya mesu diri
Mulat sarira hangrasa wani
Hangrakit hesti lan hambangun karsa
Minangka marga utama
Pinuju mamayu hayuning bebrayan,
Mawa tumindak kang migunani tumraping liyan
Aywa lali mring pitutur para pepunden
Piwulang luhur para guru lan sudarmanira :

Poma poma wekas mami
Anak putu aja lene
Aja ketungkul uripe
Lan aja duwe kareman
Marang pepaes ndonya
Siyang ndalu dipun emut
Wong Urip manggih antaka……………..

Ngayogyakarta Hadiningrat, 8 Mei 2010

Rabu, 07 April 2010

Gonjang-Ganjing Gayus vs Proporsionalitas Pemberitaan

Pemberitaan media tentang Gayus Tambunan alias GT selama seminggu terakhir sungguh sangat “menyentak”, “memilukan”, dan “ melukai” perasaan keadilan masyarakat kita, bahkan (justru) sebagian besar keluarga besar pegawai pajak. Ya….Gayus adalah satu dari sekian banyak pegawai pajak di negeri ini yang jumlahnya berkisar 32.000 orang. Bahwa mungkin masih ada beberapa gelintir “Gayus-Gayus” lain, tetaplah tidak dapat mewakili kondisi dan perilaku aparat pajak secara keseluruhan. Oleh karena itu selayaknya lah kasus ini mendapatkan penanganan, pemberitaan, dan perlakuan yang proporsional, seimbang dan jujur dari semua pihak.

Menarik disimak pernyataan Menkeu Ibu Sri Mulyani Indrawati, sebagai pimpinan tertinggi di Kementerian Keuangan bahwa reformasi tidak menjamin semua aparat menjadi malaikat. Reformasi menjamin berjalannya koreksi yang credible dan hukuman yang setimpal bila kesalahan dan kejahatan terjadi. Oleh karenanya tidaklah bijaksana dan proporsional jika menyimpulkan bahwa reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan gagal hanya karena terungkapnya kasus Gayus ini. Sebagai pihak yang memelopori dan pihak yang sangat berkepentingan akan suksesnya reformasi birokrasi , sudah barang tentu kekecewaan yang menderanya sangatlah wajar dan pantas. Perasaan Menteri Keuangan itu jugalah yang sekarang ini mewarnai sebagian besar warga pegawai pajak yang sudah mencoba dan berusaha untuk bekerja sesuai alur reformasi birokrasi (modernisasi) yang diterapkan di instansinya.

MODERNISASI DAN PELAYANAN PRIMA
Modernisasi system administrasi perpajakan ( sebagai bagian dari reformasi birokrasi Kementerian Keuangan ) yang sudah dimulai di paruh awal tahun 2000 an sesungguhnya sudah berjalan “on the track”. Adanya pembenahan diberbagai bidang telah menunjukan hasil yang nyata. Peningkatan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan peningkatan penerimaan pajak adalah salah satu hasil yang dapat diungkap secara kuantitatif. Kenyataan ini merupakan buah dari upaya modernisasi yang terus digaungkan dan diperjuangkan keluar (eksternal) maupun kedalam (internal).

Spirit modernisasi keluar adalah upaya-upaya yang terus dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat pada umumnya dan kepada Wajib Pajak pada khususnya. Berbagai kegiatan penyuluhan, sosialisasi, dan kampanye simpatik dalam berbagai even dan media adalah langkah-langkah yang ditempuh untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam memenuhi kewajiban pajaknya. Penyederhanaan formulir SPT Tahunan, percepatan waktu pembuatan NPWP dan pengurusan restitusi pajak menjadi bagian tak terpisahkan dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak. Singkatnya, pelayanan prima adalah kredo yang hendak dan terus diupayakan oleh kantor pajak.

Spirit modernisasi kedalam adalah upaya – upaya yang terus dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam rangka menciptakan aparat pajak yang professional, jujur, dan inovatif. Serangkaian kegiatan inhouse training, pelatihan, pembinaan mental spiritual, dan penerapan Kode Etik pegawai adalah langkah – langkah yang telah dan terus digalakkan oleh instansi ini.

“Tsunami Gayus” telah membukakan mata dan kesadaran kita bersama, bahwa apa yang telah dilakukan DJP dengan serangkaian langkah modernisasinya ternyata belumlah cukup dan masih jauh dari sempurna. Fakta ini, meskipun tidaklah mewakili perilaku pegawai pajak secara keseluruhan, dapat menjadi moment/entry point bagi langkah-langkah pembenahan internal secara lebih “radikal”. Sudah barang tentu, keterlibatan masyarakat dalam pengawasan menjadi bagian yang penting bagi pembenahan kedalam aparat pajak khususnya, serta aparat pemerintah lainnya pada umumnya.


AJAKAN BOIKOT BAYAR PAJAK

Munculnya gerakan “ boikot bayar pajak “ disitus jejaring Facebook adalah sebuah fenomena yang harus kita sikapi dengan arif dan bijaksana. Reaksi spontan ini dapat dimaknai sebagai wujud kecintaan dan harapan mulia bagi inisiator dan anggotanya pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini. Namun juga harus disikapi dengan jujur oleh semua stake holder bangsa ini. Sebagaimana sudah diungkapkan oleh Dirjen Pajak, Mochamad Tjiptarjo dalam suatu kesempatan. Kasus Gayus Tambunan adalah kasus kejahatan (pidana), yang sudah barang tentu harus diungkap sejujur-jujurnya dan seterang-terangnya. Dan siapapun yang terlibat, pegawai biasa atau pejabat, dari instansi manapun harus ditindak dengan seadil-adilnya sebagai wujud prinsip hukum “equal before the law”, dalam waktu secepat-cepatnya. Dan, kewajiban bayar pajak adalah masalah kewajiban kenegaraan yang harus dipatuhi oleh siapapun yang mencintai negeri ini. 70% APBN kita ditopang oleh pajak. Ini adalah fakta. Gaji aparatur pemerintah dari Presiden sampai sekretaris desa, pembangunan infrastruktur dari Sabang sampai Merauke, Biaya Operasional Sekolah (BOS), Subsidi pupuk petani, listrik dan BBM dan lain – lain , semuanya dibiayai oleh pajak kita.

Momentum GT harus kita sikapi dengan kesadaran bersama menuju pembenahan dan perbaikan diseluruh sector bidang kehidupan. Saatnya kita mawas diri, mulat sarira hangrasa wani, terhadap posisi kita masing-masing. Sudahkah kita menjalani peran yang kita emban sebaik-baiknya ? dimanapun kita berada dan berkiprah. Selayaknya lah kita menimbang, sejauh mana kita telah menyeimbangkan pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai warga Negara, aparat pemerintah, dan sebagai komponen masyarakat lainnya. Kejahatan bisa datang dan berasal dari manapun, dari instansi apapun, dari latar belakang profesi apapun. Seyogyanya lah kita awasi dan perangi bersama-sama. Penegakan hukum tanpa pandang bulu adalah kata kuncinya. Man jadda wa jada. Jer basuki mawa bea.Sing sapa nandur bakal ngunduh wohing pakarti

Rabu, 10 Maret 2010

Sudahkah anda melaporkan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi anda ?

Tanggal 31 Maret 2010 mendatang adalah batas akhir penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi ( Perseorangan ).Yang dimaksud dengan Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) adalah setiap orang yang bertempat tinggal di Indonesia dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Statusnya bisa beragam; pejabat, pengusaha, politikus, karyawan/karyawati baik negeri maupun swasta dan profesi lainnya.
Kewajiban pelaporan SPT Tahunan bagi Wajib Pajak merupakan manifestasi dari penerapan system pemungutan pajak yang kita anut selama ini, yaitu self asessment : suatu system pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan bagi para Wajib Pajak untuk mendaftar, menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan pajaknya sesuai Undang-undang perpajakan yang berlaku.
Sejalan dengan upaya untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, khususnya bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, Pemerintah cq Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan serangkaian inovasi secara terus-menerus bagi terciptanya suatu pelayanan yang terbaik. Beberapa kebijakan yang diluncurkan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan terhadap para Wajib Pajak antara lain : dikenalkannya jenis SPT form 1770 SS bagi para Wajib Pajak dengan penghasilan s.d. 60 juta setahun, Kampanye simpatik dan simulasi pengisian SPT Tahunan, dan diperkenalkannya mekanisme drop box dalam penyampaian SPT Tahunan.
3 Jenis SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi ( WP OP )
1. SPT 1770 SS
Adalah SPT Tahunan yang diperuntukkan bagi Wajib Pajak (status pegawai dari satu pemberi kerja ) dengan dengan jumlah penghasilan setahun tidak lebih dari 60 juta. Formulir ini sangat sederhana (SS) dan terdiri dari hanya satu lembar. Pengisiannya pun begitu mudah dimana WP hanya mengisi jumlah total harta dan kewajiban serta menandatanganinya. Kemudian dilaporkan dengan dilampiri fotocopy bukti pemotongan PPh Pasal 21 dari pemberi kerja ( Form 1721 A1 bagi karyawan swasta dan A2 bagi pegawai negeri)
2. SPT 1770 S
Adalah SPT Tahunan yang diperuntukkan bagi Wajib Pajak (status pegawai dari satu pemberi kerja) dengan dengan jumlah penghasilan setahun di atas 60 juta atau memiliki penghasilan lebih dari satu pemberi kerja, memiliki penghasilan lain termasuk penghasilan yang telah dipotong Pajak Penghasilan (PPh) Final seperti; bunga tabungan, deposito, obligasi , sewa tanah dan/bangunan, saham dan lain-lain.
SPT ini terdiri dari 3 lembar yaitu 1 lembar formulir 1770 induk dan 2 lembar formulir 1770 lampiran. Ketiga nya harus diisi dengan benar, jelas, dan lengkap serta ditandatangani. Kemudian dilaporkan dengan dilampiri fotocopy bukti pemotongan PPh Pasal 21 dari pemberi kerja ( Form 1721 A1 bagi karyawan swasta dan A2 bagi pegawai negeri) beserta Surat Setoran Pajak (SSP) lembar 3 apabila ada pajak yang disetorkannya.
3. SPT 1770
Adalah SPT Tahunan yang diperuntukkan bagi Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas, penghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja, penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) Final seperti; bunga tabungan, deposito, obligasi , sewa tanah dan/bangunan, saham dan lain-lain serta penghasilan dalam negeri lainnya.
Mekanisme penyampaian SPT Tahunan
1. Mekanisme biasa
Wajib Pajak menyampaikan secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama di mana ia terdaftar dan diberikan tanda terima berupa LPAD (Lembar penerimaan alur dokumen). Atau dapat pula dilakukan dengan pengiriman pos tercatat.
2. Mekanisme Drop Box
Wajib pajak dapat menyampaikan di KPP terdekat maupun tempat-tempat tertentu yang disiapkan oleh KPP Pratama dimasing- masing wilayah kerjanya. Sehingga dengan demikian kita tidak harus menyampaikan SPT tahunan di KPP kita terdaftar. Jadi WP OP terdaftar di Jakarta yang sedang bepergian di Yogyakarta dapat menyampaikan SPT nya di KPP/Drop Box yang berada di kota Yogyakarta. Demikian pula sebaliknya. Dalam mekanisme Drop Box ini, penelitian dilakukan kemudian, oleh karena itu petugas wajib menerima SPT Tahunan WP tanpa dilakukan penelitian kelengkapan berkasnya. Dalam hal ini SPT Tahunan di masukan dalam amplop tertutup yang diberi nama,NPWP,alamat, dan No Telepon yang bisa dihubungi. Tanda terima SPT Tahunan yang diberikan petugas merupakan tanda terima yang sah sepanjang SPT telah diterima lengkap, yaitu diisi, dilampiri lampiran sesuai ketentuan serta ditandatangani oleh WP yang bersangkutan/atau kuasanya.
Akhirnya, marilah kita penuhi salah satu kewajiban kenegaraan kita berupa penyampaian SPT Tahunan secara benar, jelas, lengkap dan tepat waktu. Benar berarti jujur mengungkapkan keadaan yang sebenarnya dan benar dalam perhitungan. Jelas berarti melaporkan asal – usul atau sumber dari objek pajak dan unsure-unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT. Lengkap berarti memuat seluruh unsure-unsur yang berkaitan dengan objek pajaknya termasuk kelengkapan lampiran yang dipersyaratkan. Penyampaian SPT Tahunan tepat waktu akan menghindarkan kita dari pengenaan sanksi berupa denda sebesar Rp. 100. 000 rupiah. Semoga pemenuhan kewajiban penyampaian SPT Tahunan ini bisa menjadi bagian dari upaya mamayu hayuning bebrayan serta mamayu hayuning nagari. Man jadda wa jada.