Sabtu, 28 Agustus 2010

Ketidaksabaran Manusia

Hari ini memasuki hari ke -19 kita menjalani ibadah siyam di bulan Ramadhan. Memasuki bulan suci ini saya sudah diuji dengan sakit meriang dan demam dihari pertama.Hari - hari kemudian dan sampai hari ini pun kondisi kesehatan saya, bahkan keluarga, anak dan isteri masih dihinggapi batuk pilek yang berkesinambungan. Ya....cuaca yang ekstrem syahdan menjadi penyebab kondisi ini.Tapi puasa must go on. Karena saya yakin betul bahwa Allah memiliki sesuatu untuk kita, hamba yg menjalankan puasa di bulan Ramadhan, sebagaimana janjinya bahwa semua amal ibadah manusia adalah untuk dirinya(manusia) kecuali shiyam, ibadah ini untuk beliau dan beliau lah akan membalasnya dengan karunia yang setimpal.
Singkat cerita, karena demam ygselalu hadir setiap sore sepulang kantor, akhirnya saya memutuskan pergi ke dokter. Awalnya saya berpikir, biarkan saja waktu yang akan menyembuhkannya. Tapi ketidaksabaran akhirnya membuat saya memilih pergi ke dokter sbg bagian dari ikhtiar. Namun, setelah dua hari minum obat buah resep bu dokter, batuk tak kunjung sembuh bahkan terkesan justru makin bertambah-tambah. Padahal selama sakit ini,saya sdh menghindari kebiasaan buruk merokok saya. Ketidaksabaran, akhirnya membawa saya untuk pergi ke kedai kopi dan teh mastejo, untuk sekedar ngobrol bersama teman-teman.Tentu saja setelah sholat taraweh. Dan tak terasa, meskipun sudah diingatkan isteri,obrolan berakhir hingga pk 12.30 dini hari. Tak terkira betapa putung rokok yg telah saya habiskan.Dan sudah barang tentu angin malam yang menampar tubuh ini.Hingga akhirnya saya sadari, ketika bangun esok pagi, batuk pilek makin menjadi. ya.....kesabaran memang sesuatu yang mudah diucapkan.....tapi sungguh sulit diimplementasikan.salam ramadhan

Selasa, 03 Agustus 2010

PERTIWIKU MALANG PERTIWIKU SAYANG : Sebuah Catatan kritis………………………………………..

Sebagai sebuah jargon, motto, atau slogan PERTIWI sesungguhnya sudah cocok dengan karakteristik Kabupaten Tegal, dimana pertanian merupakan sector yang masih menjadi pijakan sebagian besar masyarakatnya. Dus , memiliki kontribusi yang signifikan bagi PDRB Kabupaten Tegal. Ya….PERTIWI yang merupakan akronim dari Pertanian, Industri, dan Pariwisata dijadikan motto sekaligus “trademark” yang ingin dikembangkan sebagai sector pilihan bagi pemkab Tegal. Pemilihan jargon ini dapat dimaknai bahwa pemkab Tegal ingin menjadikan sector pertanian, industry, dan pariwisata sebagai ikon pembangunan, yang mampu membedakan dirinya dengan wilayah-wilayah pemda tingkat II lainnya. Ini berarti bahwa pemkab Tegal sudah memproklamasikan diri sebagai daerah yang berbasis “pertiwi” dalam pengembangan dan pembangunannya. Pertanyaannya, cukupkah dengan membuat slogan/motto/jargon PERTWI lantas pemkab berpuas diri dan membiarkannya sebagai sebuah istilah tanpa makna sekedar memberikan identitas yang lain dengan pemkab lainnya ? Sekedar “pemanis lambe” , kalau pemkab Tegal tidak kalah dengan pemkab lainnya yang juga memiliki jargon/slogan/motto. Sebut saja ; Brebes BERHIAS, Pekalongan …….., Kendal………..
Tinjauan sosiologis
Secara sosiologis, pertanian merupakan mata pencaharian sebagian besar penduduk Kabupaten Tegal. Hal ini tidak terlepas dari posisi geografis dan topografisnya. Wilayah ini memiliki potensi yang lengkap berupa daerah dataran tinggi , dataran rendah, dan daerah pantai yang secara alamiah telah memberikan berkah bagi penduduknya di bidang pertanian , kehutanan, dan perikanan . Tidak kurang 386.275 penduduk di Kabupaten Tegal menggantungkan mata pencahariannya pada sector ini. Oleh karena itu, pemilihan sector pertanian sebagai salah satu prioritas pembangunan dan pengembangan ekonominya merupakan pilihan yang tepat dan bijaksana.
Demikian pula dengan sector industrinya. Secara sosiologis, penduduk Kabupaten Tegal telah terkenal dengan kreativitasnya. Terbukti dengan “label” jepangnya Indonesia melekat sejak dahulu kala. Dan kabar paling mutakhir, Kabupaten Tegal dinobatkan sebagai sentra IKM nasional.
Sedangkan sector pariwisata merupakan sector yang melekat pada kekayaan alamiah yang dimiliki Kabupaten Tegal berupa dataran tinggi pegunungan yang sejuk dan daerah pantai yang secara umum dikelola sebagai objek wisata konvensional. Dan tren kedepan, sector ini menjanjikan “devisa” yang andal sekaligus memiliki multiplier effect bagi penduduk disekitarnya.
Tinjauan ekonomis
Secara ekonomis, sector pertanian memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi PDRB Kabupaten Tegal selama ini. Tak kurang 15,87 % perannya dalam portofolio PDRB 2006. Akan tetapi, seiring dengan dinamika dan perkembangan ekonomi, kontribusi sector pertanian mengalami tren yang semakin menurun. Disinilah letak urgensinya menjadikan sector pertanian menjadi sector prioritas mengingat perannya dalam penyerapan tenaga kerja yang masih dominan serta potensi wilayahnya yang masih memiliki ruang untuk optimalisasinya. Dari sisi ini maka menempatkan sector ini menjadi prioritas pembangunan merupakan langkah yang bijaksana pula.
Demikian pula dengan sector industry dan pariwisatanya yang memberikan kontribusi tak kurang dari 25,81% dan 28,64 % ( perdagangan, hotel dan restoran sebagai sector penunjang pariwisata )

Tinjauan politis
Secara politis, pemilihan sector pertanian merupakan pilihan yang rasional mengingat sector ini mewakili stakeholder terbesar dalam kehidupan politik di Kabupaten Tegal.
Demikian pula dengan sector industry dan pariwisatanya dimana secara agregat ketiga sector tersebut menghidupi hampir 70 % tenaga kerja.

What nexts ? Apakabar PERTIWIKU
Secara konseptual, program yang diangkat dan diluncurkan oleh Pemkab Tegal pada tahun 1999 ini merupakan program yang cerdas, logis, dan elegan. Pertanyaannya sudahkah program yang baik ini dijalankan dengan konsekuen, konsisten, dan konkret ? Itulah pertanyaan yang mendasar yang menggelayuti alam pikir kita, pihak-pihak yang memiliki kepedulian terhadap kemajuan pembangunan di Kabupaten Tegal. Sepuluh tahun sudah program ini diluncurkan, seusia dan seumur reformasi yang melahirkan otonomi daerah pula. Sudahkah konsep PERTIWI terinternalisasi dalam berbagai kebijakan yang diambil oleh para pemangku kebijakan, dari Pak Bupati sampai organ terendahnya di desa-desa, bahkan oleh masyarakatnya. Sudahkan PERTIWI sungguh – sungguh menjadi prioritas dan program unggulan yang di-ejawantahkan dengan dukungan kebijakan penganggaran yang diwujudkan dalam struktur APBD yang memadai ?