Senin, 21 Desember 2009

surat untuk Bunda

Bunda... Mungkin setitik penyesalan ini dapat meluluhkan hatimu
Tolong, dengarkan diriku, bunda..Sepatah kata sekalipun..!
Aku punya rumah dan mobil bagus, aku membanggakannya
Aku punya prestasi terbaik di sekolahku, aku membanggakannya
Aku punya segudang bakat yang bisa dikembangkan, aku membanggakannya
Aku punya wajah berseri dengan rambut indah, aku membanggakannya
Walau aku tahu, semua itu bukan karenaku
Rumah dan mobil, bundalah yang bekerja membantu ayah
Prestasi, bundalah yang menyemangatiku, membuatku mengerti apa itu ilmu
Bakat, bundalah yang mengembangkannya, berdoa, agar bakat itu tumbuh dan berkembang Wajah menarik, bundalah yang dulu, ketika aku bayi sampai sekarang, merawat kulit dan tubuhku dengan lembut
Aku tetap membanggakannya
Berkata pada teman-temanku bahwa akulah yang membuat itu semua
BohongYa, hanya isapan jempol belaka
Aku memfitnah diriku, aku mengkhianati bunda

Kau terus bertambah usia. yah.. Manusia akan lekang oleh waktu, sesempurna apapun
Aku selalu mencari hidup pada dirimu,
sedangkan kau selalu berusaha menghidupiku
Pola hidup kita sedikit sama
Aku mencari hidup untukku
Kau mencari hidup untukku
Sedikit rasa congkak mulai tumbuh dalam diriku
Sikap sewenang-wenang pada dirimu kuanggap sudah sewajarnya
Aku tahu, kau pun manusia yang memiliki batas waktu untuk bersabar
Disaat kau dengan sadar atau tidak , mengulang terus menerus ucapan yang membosankan, aku bersabar mendengarkanmu sebagaimana dirimu dulu mengulang sebuah cerita berkali-kali hingga aku terlelap dalam mimpi
BohongYa.. Aku hanya sedikit mencoba untuk mengerti SEDIKIT kau, bunda
Aku senang, walau hanya sedikit. Karena dengan begitu, akan ada satu hal lagi yang kubanggakan kepada temanku. "Hei, aku selalu bersabar mendengarkan bundaku..!"
Kenapa aku tak membanggakan bunda seperti aku membanggakan diriku sekarang?
Padahal, itu sebuah kegiatan yang sama
Sekarang, aku tersadar dan mulai mengerti
Darah pengorbananmu yang dulu kukira tak berarti
Rasa ikhlasmu yang dulu tak pernah kumengerti
Kesabaranmu menghadapiku yang tak menyentuh hati
Bunda, kuhaturkan sebuah kata, meski telingamu sudah kaku seakan tak mau mendengarkanku
Maafkan aku, bunda..Maaf
Aku manusia yang biasa
Aku manusia yang berlumur dosa
Aku manusia yang mencampakkan semuanya
Tapi bolehkah, aku menyampaikan barang lima kata untuk mengakhiri surat ini?

Selamat hari ibu
Bundalah pahlawanku


By Karina Nadhirah Paramastry Indriyanto 2009

1 komentar:

keluarga_Hj. Nurul Afifa, SP mengatakan...

teruslah berkarya nak, papa bangga